ecoutez !

TELAAH KURIKULUM


NAMA            : UMI KHOLIFATUN
NIM                : 3401412032
ROMBEL       : 1 (SATU)
TUGAS          : TELAAH KURIKULUM

Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.

Daniel Tanner & Laurel Tanner : Pengalaman pembelajaran yang terencana dan terarah, yang disusun melalui proses rekonstruksi pengetahuan dan pengalaman yang sistematis di bawah pengawasan lembaga pendidikan agar pembelajar dapat terus memiliki minat untuk belajar sebagai bagian dari kompetensi sosial pribadinya.
Murray Print. : Kurikum didefinisikan sebagai semua ruang pembelajaran terencana yang diberikan kepada siswa oleh lembaga pendidikan dan pengalaman yang dinikmati oleh siswa saat kurikulum itu terapkan.
Kurikulum merupakan seperangkat/sistem rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas belajar mengajar. sistem diatas dipergunakan melihat kurikulum itu ada sejumlah komponen yang terkait dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, dipandang sistem terhadapa kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang memiliki sejumlah komponen-komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan.
Fungsi Kurikulum                       
Kurikulum dalam pendidikan memiliki beberapa fungsi sebagai berikut: A. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendididkan Fungsi kurikulum dalam pendidikan tidak lain merupakan alat untuk mencapai tujuan pendididkan.dalam hal ini, alat untuk menempa manusia yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pendidikan suatu bangsa dengan bangsa lain tidak akan sama karena setiap bangsa dan Negara mempunyai filsafat dan tujuan pendidikan tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai segi, baik segi agama, idiologi, kebudayaan, maupun kebutuhan Negara itu sendiri. Dengan demikian, dinegara kita tidak sama dengan Negara-negara lain, untuk itu, maka: 1) Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, 2) Kuriulum merupakan program yang harus dilaksanakan oleh guru dan murid dalam proses belajar mengajar, guna mencapai tujuan-tujuan itu, 3) kurikulum merupakan pedoman guru dan siswa agar terlaksana proses belajar mengajar dengan baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
B. Fungsi Kurikulum Bagi Sekolah yang Bersangkutan Kurikulum Bagi Sekolah yang Bersangkutan mempunyai fungsi sebagai berikut: 1) Sebagai alat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan 2) Sebagai pedoman mengatur segala kegiatan sehari-hari di sekolah tersebut, fungsi ini meliputi: a. Jenis program pendidikan yang harus dilaksanakan b. Cara menyelenggarakan setiap jenis program pendidikan c. Orang yang bertanggung jawab dan melaksanakan program pendidikan.
C. Fungsi kurikulum yang ada di atasnya 1) Fungsi Kesinambungan Sekolah pada tingkat atasnya harus mengetahui kurikulum yang dipergunakan pada tingkat bawahnya sehingga dapat menyesuaikan kurikulm yang diselenggarakannya. 2) Fungsi Peniapan Tenaga Bilamana sekolah tertentu diberi wewenang mempersiapkan tenaga guru bagi sekolah yang memerlukan tenaga guru tadi, baik mengenai isi, organisasi, maupun cara mengajar.
D. Fungsi Kurikulum Bagi Guru Guru tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum sesuai dengan kurikulum yang berlaku, tetapi juga sebagai pengembanga kurikulum dalam rangaka pelaksanaan kurikulum tersebut.
E. Fungsi Kurikulum Bagi Kepala Sekolah Bagi kepala sekolah, kurikulum merupakan barometer atau alat pengukur keberhasilanprogram pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah dituntut untuk menguasai dan mengontrol, apakah kcegiatan proses pendidikan yang dilaksanakan itu berpijak pada kurikulum yang berlaku.
F. Fungsi Kurikulum Bagi Pengawas (supervisor) Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman, patokan, atau ukuran dan menetapkan bagaimana yang memerlukan penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pelaksanaan kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan.
G. Fungsi Kurikulum Bagi Masyarakat Melalui kurikulum sekolah yang bersangkutan, masyarakat bisa mengetahui apakah pengetahuan, sikap, dan nilaiserta keterampilan yang dibutuhkannya relevan atau tidak dengan kuri-kulum suatu sekolah.a
H. Fungsi Kurikulum Bagi Pemakai Lulusan Instansi atau perusahaan yang memper-gunakan tenaga kerja yang baik dalamarti kuantitas dan kualitas agar dapat meningkatkan produk-tivitas.

Komponen Kurikulum
Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Komponen merupakan satu sistem dari berbagai komponen yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu komponen saja tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Para ahli berbeda pendapat dalam menetapkan komponen-komponen kurikulum. Ada yang mengemukakan 5 komponen kurikulum dan ada yang mengemukakan hanya 4 komponen kurikulum. Untuk mengetahui pendapat para ahli mengenai komponen kurikulum berikut Subandiyah (1993: 4-6) mengemukakan ada 5 komponen kurikulum, yaitu: (1) komponen tujuan; (2) komponen isi/materi; (3) komponen media (sarana dan prasarana); (4) komponen strategi dan; (5) komponen proses belajar mengajar.
Sementara Soemanto (1982) mengemukakan ada 4 komponen kurikulum, yaitu: (1) Objective (tujuan); (2) Knowledges (isi atau materi); (3) School learning experiences (interaksi belajar mengajar di sekolah) dan; (4) Evaluation (penilaian). Pendapat tersebut diikuti oleh Nasution (1988), Fuaduddin dan Karya (1992), serta Nana Sudjana (1991: 21). Walaupun istilah komponen yang dikemukakan berbeda, namun pada intinya sama yakni: (1) Tujuan; (2) Isi dan struktur kurikulum; (3) Strategi pelaksanaan PBM (Proses Belajar Mengajar), dan: (4) Evaluasi.           
Asas-asas dari Kurikulum    
1.Asas Filosopi
Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Falsafah atau filsafat berasal dari bahasa Yunani : philosopis, philo, philos, philen yang berarti cinta, pecinta, mencintai, sedang Sophia berarti kebijaksanaan, kearifan, nikmat, hakikat, dan kebenaran.
Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh suatu bangsa seperti pancasila, kapitalisme, sosialisme, fasisme, komunisme dan sebagainya dapat digolongkan sebagai falsafah dalam arti produk/ sebagai pandangan hidup atau falsafah dalam arti praktis.Sistem nilai merupakan pandanagan seseorang tentang sesuatu terutama berkaitan dengan arti kehidupan. Perbedaan pandangan dapat menyebabkan timbulnya perbedaan arah pendidikan  berlandaskan kepada filsafat  yang dianut, seorang guru harus merinci arti pandangannya itu dalam suatu rumusan jelas. Dengan demikian, dapat kita katakan bahawa keyakinan tententang kebenaran sebagai pegangan dapat  menuntun guru mengerjakan tugas sehari hari dengan  lebih berarti bagi murid, oleh karena itu wajar apabila kurikulum  senantiasa  bertalian erat dengan filsafat pendidikan, karena filsafat menentukan tujuan yang hendak dicapai dengan alat yang disebut kurikulum.
2. Asas Fisikologis
Aspek-aspek yang perlu dikembangkan dengan perantara berbagai mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum sebagai berikut:
a.
Aspek ketakwaan
:
dikembangkan dengan kelompok bidang agama
b.
Aspek cipta
:
dikembangkan dengan kelompok bidang studi ekstra, sosial, bahasa, dan filsafat.

c.
Aspek rasa
:
dikembangkan dengan kelompok bidang studi seni

d.

Aspek karsa
:
dikembangkan dengan kelompok bidang studi etika, budi pekerti, Agama, dan PPKN.

e.
Aspek karya (kreatif)
:
Dikembangkan melalu kegiatan penelitian, independen studi, dan pengembangan bakat.
f.
Aspek karya (keprigelan)
:
Dikembangkn dengan berbagai mata pelajaran keterampilan.
g.
Aspek kesehatan
:
Dikembangkan dengan kelompok bidang studi kesehatan, olahraga.
h.
Aspek sosial
:
Dikembangkan melalui kegiatan praktek lapangan, gotong royong, kerja bakti, KKN, PPL, dan sebagainya.
i.
Aspek karya
:
Dikembangkan melalui pembinan bakat dan kerja madiri.
Asas ini berkaitan dengan perilaku manusia.sehubungan dengan pengembangan kurikulum dan pengajaran, perilaku manusia  yang menjadi landasan dengan fisikologi belajar dan fisikologi anak. Sekolah diberikan kepercayaan sebagai lembaga yang dapat mendidik anak-anak. Anak-anak diharapkan dapat belajar, Dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat mengubah sikapnya, dapat menerima norma norma dan dapat mempelajari bermacam macam keterampilan.Teori yang kita anut mengenai perkembangan anak dan proses  belajar turut dapat  menentukan bahan pelajaran yang disajikan, juga metode untuk mengajarkan seperti penyusunan bahan pelajaran dari yang kongkrek ke yang lebih abstrak, penggunaan metode SAS dalam membaca permulaan, dan sebagainya jadi, terdapat hubungan yang erat antara kurikulum dengan fisikologi beljar. Sedangkan dalam fisikologi anak sekolah dibri wewenang untuk memberi situasi-situasi  belajar kepada anak-anak agar mereka dapat mengembangkan bakatnya. Oleh karena itu, sudah sewajarnyalah  anak itu sendiri merupakan faktor yang tak dapat diabaikan dalam pengembanagan kurikulum.
3. Asas Sosiologi
Asas ini berkaitan dengan penyampaian kebudayaan, Proses sosialisasi individu dan rekontruksi masyrakay. Dalam membina korikulum, kita sering kali menemui kesulitan tentang bentuk-bentuk kebudayaan mana yang patut disampaikan serta kearah mana proses sosialisai tersebut ingin dikontruksi sesuai dengan tuntutan masyrakat. Masyrakat mempunyai norma-norma, ada kebiasaan yang mau tidak mau harus dikenal dan diwujudkan anak-anak dalam kelakuannya. Disini juga harus dijaga keseimbangan antara kepentingan  anak sebagai individu dengan kepentingan anak sebagai anggota masyarakat, dan ini dapat dicapai apabila dicegah kurikulum yang semata mata bersifat suciety-centered. Landasan sosial budaya ternyata bukan hanya semata-mata digunakan dalam mengembangkan kurikulum pada tingkat nasional, melainkan juga bagi guru dalam pembinaan kurikulum tingkat sekolah atau bahkan tingkat pengajaran.
4. Asas Organisatoris
Asas ini berkaitan dengan organisasi kurikulum. Dilihat dari orgaqnisasinya, ada tiga kemungkinan tipe bentuk kurikuluma.
a. Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah.
b. Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang sejenis dihubung-hubungkan
c. Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua / hampir semua maka pelajaran .

ETNOGRAFI



KAJIAN ETNOGRAFI
SEMESTER 2
GELIAT KAWASAN SIMPANG  LIMA, SEMARANG


Disusun oleh  :
NAMA           : Umi Kholifatun
NIM                 :  3401412032
ROMBEL       : 1 (SATU)


JURUSAN  SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Dalam pembahasan ini saya akan mendeskripsikan hubungan sosial yang terjadi di kawasan Simpang Lima, Semarang. Deskripsi yang saya buat ini, berdasarkan pengamatan yang saya lakukan 2 kali seminggu yaitu pada malam jum’at dan malam minggu kemarin. Dalam pengamatan, saya mengamati kegiatan yang terjadi di Kawasan Simpang Lima. Yang akan dispesifikasikan kedalam hubungan yang terjadi antara penyedia jasa sewa sepeda, skuter, dan pedagang makanan, minuman, ataupun pernak-pernik dengan pengunjung kawasan Simpang Lima.
Untuk memudahkan saya mengelompokkan pembahasan, berikut adalah pokok-pokok dalam tulisa ini :
1.      Selayang pandang mengenai kawasan Simpang Lima
2.      Sejarah kawasan Simpang Lima
3.      Hubungan interaksi antara pengunjung dengan penyedia jasa yang ada di kawasan Simpang Lima


                                           
SELAYANG PANDANG KAWASAN SIMPANG LIMA
Simpang Lima adalah sebuah dataran di tengah kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Simpang Lima merupakan pecahan lima batang jalan yiaitu Jl. Pahlawan, Jl. Pandanaran, Jl. Ahmad Yani, Jl. Gajah Mada. dan Jl A Dahlan. Sekitarnya terdapat Hotel Ciputra, Hotel Horison, Hotel Graha Santika, Mall Ciputra, E Plaza, Plaza Simpang Lima, dan Ramayana. Berada pada titik koordinat: 6°59′25″S 110°25′23″T / 6.990183°S 110.423020°T.
Simpang lima merupakan salah satu tempat yang memberi ciri khas bagi kota Semarang. Tempat ini juga merupakan alun-alun yang berada di tengah-tengah persimpangan Jl. Pandanaran di sebelah barat, Jl. A. Yani di sebelah timur, Jl. Gajahmada dan Jl. Pahlawan di sebelah timur, sementara disebelah timur laut ada Jl. KH. Ahmad Dahlan.

           
SEJARAH SIMPANG LIMA
Simpang Lima di Semarang dijadikan sebagai pusat alun-alun berdasarkan usulan Presiden Republik Indonesia yang pertama yakni Ir. Soekarno karena pusat alun-alun yang awalnya terletak di daerah Kauman telah berubah fungsinya menjadi pusat perbelanjaan. Pada saat pembangunan Lapangan Pancasila, saat itu pembangunannya akan dibuat di jalan Oei Tiong Ham yang saat ini menjadi Jl. Pahlawan. Presiden pertama Republik Indonesia yang menyarankan pengadaan alun-alun di Semarang sebagai ganti dari Kanjengan. Simpanglima merupakan salah satu landmark kota Semarang. Terdapat lapangan besar yang disebut juga dengan Lapangan Pancasila.
Alun-alun yang dimiliki Semarang sejak masa pemerintahan Adipati Semarang yang pertama itu telah berubah fungsi menjadi pusat perbelanjaan. Sedangkan keberadaan lapangan Pancasila berfungsi sebagai tempat upacara pada hari-hari besar. Bukan hanya itu tetapi Simpang Lima juga sering menjadi tempat berlangsungnya pertunjukan musik maupun seni budaya, tempat rekreasi, bahkan sebagai pasar tiban pada waktu-waktu tertentu. Berbagai jenis makanan baik makanan berat maupun makanan ringan dijual dengan gaya lesehan mengambil tempat sekitar trotoar dan sekeliling alun-alun.
Kemudian, Lapangan Pancasila ini bisa terbangun pada tahun 1969. Karena lapangan ini merupakan pusat dari lima jalan yang bertemu, maka akhirnya lebih dikenal sebagai Simpang Lima. Jika berkunjung ke Simpang Lima, masyarakat di sana juga belum tentu tahu jika ditanya tentang Lapangan Pancasila karena mereka lebih familiar dengan nama Simpang Lima. Saat ini Simpang Lima telah menjadi ciri khas kota Semarang yang berupa ruang terbuka yang biasanya digunakan oleh masyarakat setempat untuk melakukan berbagai aktivitas.
Kota Semarang sendiri saat ini sangat identik dengan Simpang Lima karena keramaian dan pusat kegiatannya terpusat di kawasan ini.  Pada hari Minggu, lapangan Simpang Lima biasanya dipadati oleh para pengunjung yang ingin berolahraga, berjalan-jalan, dan melakukan berbagai aktivitas lainnya. Pada saat menjelang pergantian tahun, Simpang Lima ini juga menjadi tempat yang paling ramai di Semarang karena biasanya ditempat ini berlangsung pesta kembang api.

            Kawasan Simpang Lima menjadi tempat yang ramai dikujungi warga Semarang maupun masyarakat dari daerah lain yang ingin menikmati kawasan tersebut. Mereka berdatangan dengan tujuan menghabiskan malam bersama keluarga maupun sekedar melepas kepenatan setelah lelah beraktivitas seharian. Cuaca pada saat saya melakukan observasi pada tanggal 4 dan 6 kemarin cukup mendukung. Langit yang sedang cerah menambah keindahan kawasan Simpang Lima ini, apalagi banyaknya lampu-lampu yang terpasang pada sepeda- sepeda, skuter maupun permainan anak-anak menambah keindahan kawasan tersebut.


(foto ini saya ambil ketika malam jum’at kemarin. Ketika saya menemani kakak kelas saya sewaktu SMA yang menyempatkan datang ke Semarang mengisi liburan semesternya).
            Kawasan Simpang Lima saat itu terlihat ramai, apalagi ketika malam minggu kemarin lebih ramai lagi. Begitu saya tiba disana, saya langsung berbaur dengan pengunjung yang lain.  Ada yang sedang sibuk tawar-menawar sepeda  yang akan disewa untuk sekedar berkeliling Lapangan. Ada yang sedang sibuk menawarkan barang dagangannya kepada pengunjung, para penyedia jasa sibuk menawarkan sepeda dan skuternya. Adapula yang hanya duduk bersantai bergerombol dengan teman-temannya di Tengah Lapangan. Dan adapula yang hanya berjalan kaki keliling lapangan Simpang Lima tersebut.
            Saya berjalan dari sebelah Timur lapangan menikmati pemandangan yang ada, berjalan pada jalur pedestrian. Berbaur dengan para pengguna jasa sewa sepeda tentu ada sensasi tersendiri. Kawasan Simpang Lima Semarang berkembang dengan sejak pusat keramaian CBD Johar dipindahkan ke Simpang Lima. Kawasan Simpang Lima Semarang menjadi kawasan rekreasi selain menjadi Land Mark kota Semarang. Jalur pedestrian di Simpang Lima merupakan bagian dari perancangan kota, tetapi pada malam hari pejalan kaki belum memanfaatkannya secara merata. Pejalan kaki di Simpang Lima pada malam hari cenderung berjalan di tepi jalan jalan. Keadaan ini yang utama disebabkan pemanfaatan jalur pedestrian oleh pedagang kaki lima pada sore hingga malam hari. Penelitian tentang fungsi jalur Pedestrian di Kawasan Simpang Lima Semarang pada malam hari mengenai fungsi dan penggunaannya.  mengetahui perilaku pejalan kaki dalam memanfaatkan jalur pedestrian , mencari properti jalur pedestrian yang diinginkan pejalan kaki untuk memenuhi tuntutan atribute tersebut. Dengan menggunakan teori perilaku, interaksi antar manusia dengan lingkungan. Saya mengamati bagaimana jalur ini dipenuhi pedagang kaki lima dan penedia jasa sewa sepeda. Sehingga pejalan kaki sedikit kesulitan berjalan dengan santai, karena banyaknya kendaraan sepeda yang berlalu-lalang membuat keluarga yang membawa anak kecil harus sedikit berhati-hati. Perilaku-perilaku yang sedikit menyimpang dari para penyedia jasa adalah tangan iseng mereka yang terkadang membuat jengkel pengguna jalur pendestrian. Mereka memarkir sepeda-sepeda sewaan mereka memenuhi jaan, sehingga membuat sulit pengguna lain untuk berjalan santai.
 



( gambar keramaian kawasan Simpang Lima, Semarang diantara pengguna jasa sewa sepeda)
Saya melakukan penelitian dengan  2 (dua) cara, yaitu pengamatan lapangan dan wawancara dengan responden dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan kesamaan isi. Pengamatan jalur pedestrian di kawasan Simpang Lima ditetapkan enam zona yang dianggap mewakili dari permasalahan yang ada dari hasil penelitian dilapangan memperlihatkan motivasi utama pejalan kaki berjalan-jalan di kawasan Simpang Lima pada malam hri adalah untuk berekreasi, bersantai, berjalan-jalan santai, berbelanja, berkumpul dengan teman-teman atau menghabiskan malam bersama keluarga.. Hal ini terkait dengan waktu malam hari yang merupakan waktu untuk bersantai setelah bekerja atau beraktivitas lainnya yang cukup melelahkan. Pemanfaatan jalur pedestrian di kawasan Simpang Lima Semarang lebih banyak untuk melintas menuju ke bangunan. Sedangkan untuk bergerak dari satu zona ke zona lain pejalan kaki lebih banyak memanfaatkan tepi jalan untuk sirkulasi. Aspek kenyamanan tempat ini, kondisi dan kelengkapan jalur pedestrian, dan sikap pedagang kaki lima. Sedangkan yang terkait dengan jarak terhadap obyek pengamatan yang terkait dengan aktifitas berekreasi, berjalan santai, pemanfaatan jalur pedestrian oleh PKL . Pemanfaatan jalur pedestrian selain dipengaruhi kedua aspek tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi penerangan pada malam hari, pemanfaatan tepi jalan untuk parkir dan sebagainya. Hampir semua jalur pedestrian di kawasan Simpang Lima tidak berfungsi sebagai wadah aktifitas pejalan kaki terutama untuk sirkulasi. Hampir semua jalur pedestrian tidak memenuhi aspek kenyamanan kecuali jalur pedestrian jalan Pandanaran .
                        Jika kita mendengarkan bahasa yang ada di sana, itu sangat bermacam-macam. Jika yang berinteraksi adalah sesama orang asli Semarang, maka bahasanya menggunakan bahasa Jawa Semarangan. Sedangkan jika interaksi terjadi antara pengunjung dengan orang setempat atau antar sesama pengunjung, maka bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia. Karena jika masing-masing individu menggunakan bahasa asal daerah mereka, maka percakapan akan menjadi rancu bahkan dapat terjadi kesalahpahaman antara individu di Kawasaan Simpang Lima. Mengingat bahwa yang dtng ke Kawasan Simpang Lima bukan hanya warga asli Semarang saja, melainkan dari berbagai daerah yang bekerja di Semarang, menempuh Study atau mereka yang memang sengaja datang dari luar daerah Semarang untuk liburan atau sekedar mampir saja.
                        Tidak hanya satu bahasa, tapi yang saya lihat dan saya dengar, banyak logat dan cara bicara serta bahasa yang digunakan di kawasan Simpang Lima ini. Ada yang memakai logat bahasa Pati tulen, logat Semarangan asli,  logat Pemalang, Banyumas ngapak sampai nada Betawi saya juga mendengar. Saya pun larut dalam keramaian yang ada, rasanya menjadi semakin tertarik untuk terus melihat dan mendengar apa yang ada di alu-alun Simpang Lima ini. Dengan logat dan cara penyampaian bahasa yang sangat berbeda, ternyata memang membuat beberapa orang sedikit berpikir sejenak untuk mengerti apa yang sedang lawan interksinya bicarakan. Saya melihat segerombolan anak muda yang sedang menawar harga sewa sepeda untuk berkeliling alun-alun, mereka sangat berusaha untuk meminimalkan harga sewa sepeda tersebut, yang saya dengar mereka menggunakan bahasa Indonesia untuk menawar, tetapi ketika akan berdiskusi dengan temannya, maka mereka menggunakan bahasa mereka sendiri untuk berdialog yaitu bahasa ngapak karena saya kurang tahu tentang bahasa ngapak sehinngga saya kurang mengerti apa yang mereka bicarakan. Penyedia jasa sewa sepeda pun hanya mendengarkan apa yang mereka bicarakan, tapi dari ekspresi wajah yang saya lihat, si penyedia jasa sewa sepeda seperti tidak mengetahui apa yang para pembelinya bicarakan, si penyedia jasa menunggu saja hingga salah satu dari gerombolan anak muda itu membicarakan hasil diskusi mereka dengan bahasa Indonesia untuk menjelaskan padanya. Saya pun meninggalakan kerumunan anak muda tadi.
                        Saya kembali mengelilingi kawasan Simpang Lima, setelah cukup lama saya disana, saya sedikit mengerti tentang bahasa yang mereka gunakan. Jika dengan sesama penyedia jasa sewa sepada, pedagang kaki lima ataupun penjual mainan anak-anak mereka menggunakan bahasa jawa yang logatnya khas ke Semarangan. Namun, jika dengan pengunjung yang kiranya bukan  orang Semarang maka menggunakan bahasa Indonesia. Meskipun terkadang masih diselingi bahasa jawa diantara percakapan mereka.
                        Bahasa Indonesia sepertinya menjadi bahasa utama di kawasan simpang Lima, dalam artian digunakan oleh semua kalangan dan siapa saja yang ada di kawasan Simpang Lima untuk berinteraksi dengan orang-orang yang ada disana. Karena memang bahasa Indonesia dimengerti hampir semua orang yang ada disana. Sehingga bahasa Indonesia dijadikan bahasa yang dapat mempersatukan semua bahasa yang ada di kawasan Simpang Lima.
                        Demikian deskripsi hasil pengamatan yang saya lakukan di kawasan  Simpang Lima, Semarang.

Diberdayakan oleh Blogger.

Pencarian